GARANSI SAPI SEHAT CIPELANGFARM :

1. Sapi dilengkapi SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan)
2. Sapi diberikan KALUNG SEHAT tanda lulus uji kesehatan.
3. Sapi bisa dikembalikan/ditukar jika sampai ke-pembeli tidak dalam keadaan SEHAT.

Rabu, 31 Oktober 2012

SEGENAP KELUARGA BESAR CIPELANG FARM MENGUCAPKAN :

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1434H 2013 M

SEMOGA IBADAH KITA MENDAPAT BALASAN YANG TERBAIK DARI ALLAH SWT


CIPELANG FARM
Menyediakan  Sapi Qurban 2013

Sabtu, 20 Oktober 2012

KEBIJAKAN PERTERNAKAN

Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
Penerapan agribisnis masih dilakukan padakriteria cukup sampai sedang, sedangkan indeks penerapan agribisnis pada kategoricukup. Oleh karena itu untuk dapat meningkatkan penerapan agribisnis, perlu upaya
baik dari pemerintah ataupun lembaga lain dalam pemberdayaan peternak. Hal yang
dapat dilakukan antara lain :
a. Pelatihan dan pendampingan aspek teknologi pakan ternak.
b. Peningkatan peran Lembaga Pendukung Agribisnis baik Lembaga Keuangan,
Kelompok tani-ternak, Pasar Ternak, Koperasi, Lembaga Penelitian dan Pos
Keswan yang mudah diakses peternak guna mendekatkan diri pada peternak
mengingat Lembaga Pendukung ini berpengaruh terhadap pemasaran,
22
ketersediaan sarana produksi dan pasca panen. Disamping itu, lembaga yang
sangat penting adalah lembaga sarana produksi baik pakan ternak maupun
lembaga perbibitan sapi potong.
c. Aksesibilitas peternak pada Lembaga Pendukung agribisnis berkaitan dengan
pemasaran
d. Peningkatan ketrampilan inseminator agar calving interval lebih singkat.
e. Penerapan agribisnis peternak perlu ditingkatkan untuk memperbaiki penampilan
agribisnis peternakan. Pengembangan teknologi yang berkaitan dengan
teknologi produksi adalah langkah perbaikan untuk kualitas bibit ternak,
penggunaan input faktor, pakan tambahan, peralatan, dukungan ketrampilan
bagi peternak untuk dapat mengelola agribisnis peternakan dan memperbaiki
penerapan subsistem agribisnis.
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
2a. Pendapatan peternak sapi potong yang diperoleh sebesar Rp 1.934.861,713,- per
tahun, atau dalam satu bulan dapat memperoleh pendapatan Rp 161.238,5,-. Jika
dilihat dari nilai yang diperoleh pendapatan ini sangat kecil namun bila disimak dari
usaha yang dilakukan, usaha sapi potong dapat memberikan manfaat yang berarti
bagi peternak rakyat, karena bila peternak membutuhkan uang yang mendadak
maka peternak akan menjual ternak untuk menutup kebutuhan yang diperlukan.
Mengacu dari kondisi ini dapat disampaikan bahwa usaha ternak rakyat sapi potong
perlu dikelola dengan lebih baik melalui peningkatan ketrampilan dan penerapan
agribisnis hulu. Jika hal tersebut dikelola secara baik dengan berorientasi usaha atau
agribisnis maka sangat dimungkinkan dapat memberikan peluang pengembangan
23
bagi subsektor peternakan dan juga dapat merupakan kesempatan kerja bagi
masyarakat pedesaan.
2b. Faktor yang berpengaruh terhadap produksi adalah jumlah induk; curahan waktu
kerja; service per conception; jumlah pakan hijauan; jumlah pakan tambahan;
pengalaman beternak dan penerapan agribisnis.
Berkaitan dengan hal itu, maka upaya untuk mengadakan induk ternak agar
produksi ternak sapi potong tetap terjaga baik melalui program pemerintah maupun
kemampuan peternak melalui alokasi modal sapi potong perlu dipertahankan.
Disamping itu, kebijakan melarang penyembelihan ternak betina produktif
merupakan upaya untuk menjaga kestabilan populasi dan juga menjaga
keberlanjutan usahaternak sapi potong . Hal ini berkaitan dengan koefisien dari
induk ternak yang nilainya paling besar diantara variabel-variabel yang
mempengaruhi produksi sapi potong. Peningkatan populasi ternak selain bersumber
dari induk ternak juga dari berapa kali ternak berhasil bunting atau service per
conception. Penurunan angka S/C merupakan suatu langkah agar jarak ternak
beranak menjadi lebih singkat sehingga keberlanjutan populasi ternak dapat terjaga.
Oleh karena perlu adanya peningkatan ketrampilan bagi tenaga kesehatan ternak
yang berkaitan dengan reproduksi ternak dan juga menjaga kualitas semen untuk
inseminasi buatan.
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
2c. Pendapatan peternak dipengaruhi oleh harga induk, jumlah sapi potong, harga pakan
hijauan, upah tenaga kerja dan bangsa ternak berpengaruh terhadap pendapatan
usaha sapi potong. Oleh karena itu, perlu adanya fasilitasi pengadaan pakan ternak
24
melalui koperasi ternak sehingga akses peternak lebih mudah dan diharapkan harga
juga lebih terjangkau sehingga kebutuhan pakan ternak lain dapat dibeli peternak.
2d. Variabel yang meningkatkan terhadap konsumsi pangan meliputi jumlah anggota
keluarga, harga beras, harga ikan, harga daging, harga minyak, usia suami, usia istri
dan pendapatan keluarga. Oleh karena itu, kebijakan stabilitas harga barang
konsumsi perlu dilakukan agar supaya rumahtangga petani-peternak tetap bertahan
dengan pengeluaran untuk konsumsi mengingat fluktuasi harga konsumsi sering
berfluktuasi kearah yang lebih tinggi. Disamping itu, deversifikasi konsumsi juga
perlu dilakukan mengingat terdapat komoditas pangan lain selain beras dan juga
pemanfaatan energy alternative untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga perlu
diperhatikan, seperti pemanfaatan gas bio.
 Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
2.e. Variabel yang dapat meningkatkan penggunaan modal usaha ternak sapi potong
adalah jumlah induk sapi potong, produksi ternak, curahan waktu kerja, pendapatan
rumahtangga, konsumsi pangan dan penerapan agribisnis. Oleh karena itu,
aksesibilitas peternak terhadap permodalan perlu dilakukan. Disamping itu, terlihat
pula bahwa penerapan agribisnis dapat meningkatkan permodalan, dimana dalam
penerapan agribisnis terdapat subsitem lembaga penunjang agribisnis yang antara
lain adalah lembaga keuangan. Berdasarkan hal inilah akses permodalan peternak
dapat ditingkatkan.
3. Kondisi optimal usaha ternak sapi potong induk anak tercapai pada induk lokal
1,445 UT dan induk non lokal 0,295. Mengacu dari kondisi tersebut, maka upaya
pengembangan usaha ternak sapi potong khususnya pengadaan induk menjadi
25
sangat penting. Program pemerintah yang telah dijalankan melalui pemberian
insentif kepada peternak untuk ternak betina produktif perlu dipertahankan, selain
itu, kredit usaha ternak juga perlu diteruskan. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk mempertahankan ternak betina dan meningkatkan populasi sapi potong.
Kondisi ini sesuai dengan hasil analisis produksi ternak, dimana koefisien induk
adalah paling tinggi sehingga pengembangan sapi potong masih dapat dilakukan
dengan pengadaan induk sapi.
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
4. Sumberdaya lahan, induk ternak sapi dan tenaga kerja menjadi faktor pembatas
atau kendala utama dalam memperoleh pendapatan. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan pendapatan rumahtangga tani maka perlu memperhatikan dan
mengutamakan pada peningkatan pemanfaatan lahan dan peningkatan jumlah induk
ternak sapi. Berkaitan dengan pengembangan pertanian tanaman pangan maka
salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan produktivitas. Oleh
karena itu, upaya pengenalan teknologi untuk meningkatkan produktivitas
merupakan solusi yang dapat dilakukan.
5. Peningkatan jumlah induk sapi potong dapat meningkatkan pendapatan
rumahtangga petani-peternak. Oleh karena itu, rumahtangga petani-peternak dapat
mengembangkan usaha ternak dengan menambah jumlah ternak, khususnya induk
sapi.
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm

Senin, 08 Oktober 2012

SWASEMBADA TERNAK SAPI 3 Republished by Sapi Qurban / Kurban 2013 harga murah Cipelang Farm



SWASEMBADA TERNAK SAPI 3  


6. Penyediaan dan pengembangan pakan dan air
Kegiatan ini ditargetkan untuk dapat memenuhi kebutuhan air minum dan
pakan pada saat musim kering, seiring dengan peningkatan jumlah ternak sapi,
dengan melaksanakan kegiatan operasional sebagai berikut:
a. Penambahan penyediaan pakan dan air, dengan cara :
1) Penanaman dan pengembangan sumber benih/bibit tanaman pakan
ternak (TPT).
a) Inventarisasi lokasi sumber dan jenis benih/bibit tanaman pakan
ternak (rumput atau legume) di Indonesia.
b) Penanaman benih/bibit tanaman pakan ternak di BPTU, UPTD
daerah dan kawasan pengembangan ternak.
c) Pengembangan feed bank (lumbung pakan).
2) Pembuatan embung, pompa air, dan konservasi lahan untuk
menjamin ketersediaan air minum saat musim kemarau.
3) Pengembangan desa mandiri pakan melalui gerakan massal
penanaman tanaman pakan dan pemanfaatan limbah pertanian di
lokasi kelompok peternak sapi potong (antara lain kelompok PMUK,
BPLM, SMD, LM3) dan di lokasi lain seperti daerah aliran sungai,
sekitar embung, lahan kritis, tambang batubara, dan bekas lahan
hutan produksi, atau terintegrasi dengan lahan perkebunan dalam
4) Perluasan dan revitalisasi padang penggembalaan di wilayah yang
berpotensi untuk pengembangan ternak pola grazing.
5) Peningkatan pemanfaatan limbah agroindustri seperti limbah atau
hasil samping perkebunan atau pabrik pengolahan sawit (bungkil inti
sawit), pabrik gula (tetes), dan pabrik penggilingan padi (dedak).
b. Pengembangan teknologi dan industri pakan ternak berbasis sumber daya
lokal, dengan cara:
1) Pengembangan teknologi pakan, melalui aplikasi teknologi pakan
(pengolahan, pengawetan, penyimpanan) dan pengadaan
peralatannya di kelompok peternak.
2) Penguatan kelembagaan yang menangani pengujian dan
standarisasi mutu pakan.
3) Pengembangan mini feedmill di kelompok peternak yang memiliki
populasi ternak dengan jumlah minimal tertentu.
26
4) Peningkatan kualitas SDM bidang pakan, termasuk staf yang
memiliki jabatan fungsional pengawasan mutu pakan (wastukan),
serta penyediaan tenaga baru untuk wastukan di daerah/wilayah.
5) Restrukturisasi sistem tata niaga bahan baku pakan lokal.


7. Penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan
kesehatan hewan
Kegiatan ini ditargetkan untuk mengurangi tingkat kegagalan reproduksi
sapi betina produktif yang telah dikawini/diinseminasi, dengan melaksanakan
kegiatan operasional sebagai berikut:
a. Penanggulangan gangguan reproduksi, dengan cara:
1) Pemeriksaan akseptor terhadap status penyakit Brucellosis (khusus
di daerah yang belum bebas Brucellosis);
2) Peningkatan kualitas SDM yang menangani penyakit reproduksi;
3) Pengadaan obat-obatan dan hormonal;
4) Penanganan ternak yang mengalami gangguan reproduksi;
5) Monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
b. Peningkatan pelayanan kesehatan hewan, dengan cara:
1) Pembangunan pusat kesehatan hewan di wilayah padat ternak.
2) Pemeriksaan, identifikasi, dan pemetaan kasus parasit internal dan
kematian pedet.
3) Pengadaan obat-obatan parasit internal, terapi antibiotika, dan
C. Pencegahan Pemotongan Sapi Betina Produktif
8. Penyelamatan Sapi Betina Produktif
Kegiatan ini ditargetkan untuk mencegah pemotongan sapi betina
produktif sebanyak 150-200 ribu ekor per tahun dengan melakukan penjaringan
dan penyelamatan pedet yang dilahirkan di kelompok peternak, melalui
pelaksanaan kegiatan operasional sebagai berikut :
a. Pemeriksaan reproduksi sapi betina produktif di RPH dan di pasar hewan,
terutama yang masih berumur muda atau berpotensi melahirkan anak
beberapa kali lagi.
b. Fasilitasi dana talangan untuk menyelamatkan sapi betina produktif di
tingkat RPH dan mendistribusikannya ke kelompok peternak terpilih.
27
c. Pembinaan kelompok peternak yang sudah mengembangkan sapi betina
produktif hasil penjaringan dan kelompok peternak pembibit lainnya.
d. Penambahan tenaga paramedis dan peningkatan kemampuan teknis
petugas reproduksi.


D. Penyediaan Bibit Sapi Lokal
Kegiatan ini ditargetkan untuk meningkatkan jaminan ketersediaan benih dan
bibit sapi yang berkualitas dalam rangka memenuhi kebutuhan sapi potong lokal
sehingga produksi daging di dalam negeri dapat meningkat dan mencukupi
kebutuhan sebagian besar daging sapi, melalui pelaksanaan kegiatan operasional
sebagai berikut:
9. Penguatan wilayah sumber bibit dan kelembagaan usaha pembibitan,
dengan cara:
a. Pengidentifikasian wilayah yang berpotensi sebagai sumber bibit sapi.
b. Penetapan wilayah sumber bibit sapi yang memiliki potensi menghasilkan
bibit.
c. Penguatan Unit Pelaksana Teknis (UPT) pembibitan dan sinergisme antar
UPT lingkup Kementerian Pertanian dalam rangka seleksi, penjaringan,
dan penyediaan bibit sapi unggul.
10. Pengembangan usaha pembibitan sapi potong melalui VBC, dengan cara:
a. Penyusunan kriteria Village Breeding Centre (VBC) berdasarkan acuan
ilmiah.
b. Penambahan jumlah sapi bibit di kelompok peternak yang sudah
berpengalaman sesuai dengan kemampuannya dan mempunyai daya
dukung pakan yang memadai.
c. Pelatihan dan pendampingan kelompok peternak dalam rangka
menerapkan program VBC berdasarkan prinsip Good Breeding Practice.
d. Penetapan standard mutu bibit melalui sertifikasi bibit untuk menjaga/
meningkatkan harga bibit di tingkat UPT maupun di tingkat peternak.
11. Penyediaan sapi bibit melalui subsidi bunga (KUPS), dengan cara:
a. Sosialisasi KUPS di pusat dan daerah oleh Kemtan, Bank, Dinas/Pemda,
Asosiasi/Kelompok Peternak.
b. Pemetaan daerah yang berpotensi menyerap program KUPS.
28
c. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan KUPS antara Kemtan, Kemkeu,
Perbankan dan stakeholders terkait.
d. Monitoring ketersediaan ternak di dalam dan luar negeri dengan kualitas
yang memadai dan harga yang kompetitif.
e. Identifikasi dan klarifikasi pelaksana dan pemanfaatan KUPS.
f. Penguatan modal usaha kelompok peternak sapi potong.
g. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan KUPS secara berjenjang.
h. Koordinasi dengan Pemda untuk pengalokasian dana (APBD/DAK/DAU)
untuk dana penjaminan KUPS pada bank daerah.
i. Pengintegrasian program KUPS dalam program SMD.


E. Pengaturan Stock Daging Sapi Dalam Negeri.
12. Pengaturan stock sapi bakalan dan daging.
a. Pengaturan stock sapi bakalan.
Kegiatan ini ditargetkan untuk memberdayakan usaha peternakan sapi
potong berbasis sumber daya lokal, melalui kegiatan operasional sebagai
berikut:
1) Penerapan regulasi impor sapi bakalan secara benar dan konsisten.
2) Penyusunan regulasi setingkat Peraturan Menteri tentang pemasukan
dan pengeluaran sapi potong dan bibitnya; serta penyusunan
pedoman (SOP) untuk impor sapi bakalan.
3) Pengawasan dan pemantauan kegiatan impor sapi potong bakalan
sesuai dengan paraturan dan perundang-undangan yang ada.
4) Pembinaan kepada perusahaan feedlot agar mengkonversi usahanya
menjadi perusahaan penggemukan berbasis sapi lokal atau menjadi
perusahaan pembibitan secara bertahap.
5) Revitalisasi sistem karantina hewan terkait dengan impor bibit dan sapi
bakalan.
b. Pengaturan stock daging.
Kegiatan operasional ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk
daging lokal, melalui kegiatan operasional :
1) Penyempurnaan dan penegakan Peraturan Menteri Pertanian tentang
pemasukan daging yang terjamin ASUH.
2) Pengawasan dan pemantauan kegiatan impor daging sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
29
3) Pembinaan kepada importir dan distributor daging agar mendukung
pengembangan perdagangan daging sapi lokal.
4) Pengembangan klasifikasi potongan daging sapi lokal.


13. Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi dan daging
a. Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi.
Kegiatan ini ditargetkan untuk menjamin ketersediaan sapi di dalam negeri
dan menjaga stabilitas harga sapi, melalui kegiatan operasional sebagai
berikut:
1) Penetapan pengeluaran dan pemasukan sapi untuk keperluan bibit
maupun pengembangan sapi antar wilayah oleh pemerintah daerah
melalui koordinasi dengan pemerintah pusat.
2) Penyusunan regulasi setingkat Peraturan Menteri tentang
pendistribusian dan pemasaran sapi.
3) Pengawasan dan pemantauan kegiatan perdagangan sapi potong
antar wilayah, serta pendistribusian dan pemasarannya.
4) Revitalisasi sistem karantina hewan terkait dengan perdagangan
sapi bibit dan sapi bakalan antar wilayah.
5) Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi di dalam negeri.
b. Pengaturan distribusi dan pemasaran daging di dalam negeri.
Kegiatan operasional ini bertujuan menjamin ketersediaan daging di
dalam negeri dan menjaga stabilitas harga daging, melalui kegiatan
operasional :
1) Peningkatan pengawasan dan pemantauan distribusi daging impor
2) Pengendalian distribusi daging impor berdasarkan kelengkapan
fasilitas rantai dingin dari importir sampai ke ritel.


Rabu, 03 Oktober 2012

SWASEMBADA DAGING SAPI 2 Republished by Sapi Qurban / Kurban 2013 harga murah Cipelang Farm



SWASEMBADA DAGING SAPI 2 


BAB VII
STRATEGI PENCAPAIAN SASARAN
Strategi untuk mencapai sasaran swasembada daging sapi 2014 adalah strategi
yang megutamakan keterpaduan antara pendekatan teknis, ekonomis, kelembagaan,
pembiayaan dan regulasi. Masing-masing pendekatan ini tidak berdiri sendiri
melainkan saling ketergantungan sehingga menimbulkan efek sinergi.
A. Teknis
Pendekatan teknis adalah strategi yang terkait dengan aspek perbibitan,
budidaya, kesehatan hewan, kesehatan masyarakat veteriner dan pakan.
Pendekatan ini akan terkait dengan langkah operasional teknis yang secara rinci
diuraikan ke dalam masing-masing pedoman teknis.
B. Ekonomis
Pendekatan ekonomis adalah strategi yang diarahkan untuk secara umum
mengatur, stock ternak yang ada sehingga stock meningkat mengarah kepada
kemampuan domestik sebesar 90% dari kebutuhan konsumsi daging masyarakat.
Pada pendekatan ini dilakukan pengaturan stock dan impor melalui instansi yang
berwenang sehingga supply tetap terjamin. Melalui strategi ini akan dapat dihitung
juga pengaruhnya terhadap pendapatan peternak terutama adanya dampak impor
terhadap harga dalam negeri.


C. SDM dan Kelembagaan
Pendekatan ini merupakan pendekatan untuk melengkapi SDM dan
kelembagaan sesuai dengan kebutuhan. Dalam melengkapi SDM dan
kelembagaan tersebut dapat terjadi proses revitalisasi kelembagaan, dalam arti
peningkatan kapasitas dan kompetensi para pelaku dan kelembagaannya.
D. Pembiayaan
Pendekatan pembiayaan ini dipilih karena terdapat tugas-tugas dan
wewenang yang harus dijalankan oleh pemerintah dan oleh masyarakat. Pada
prinsipnya pendanaan pemerintah digunakan sebagai leverage untuk
menumbuhkan pembiayaan yang berasal dari swasta dan masyarakat. Faktor
leverage tersebut terutama untuk perbibitan dan penanganan kesehatan hewan
serta kesehatan masyarakat veteriner. Karena sifat program yang bersifat
mendesak maka kebutuhan pembiayaan sebagian besar akan ditanggung oleh
pemerintah dan pemerintah daerah.
20
E. Regulasi
Strategi regulasi ini untuk melengkapi pilihan-pilihan strategi lainnya. Domain
regulasi lebih banyak berada pada pemerintah pusat ataupun daerah. Apabila
diperlukan dapat dilakukan regulasi baru atau deregulasi ataupun penghapusan
regulasi yang berlaku selama ini dalam rangka memenuhi tuntutan perkembangan
keadaan.




BAB VIII
KEGIATAN OPERASIONAL
A. Penyediaan Bakalan/Daging Sapi Lokal
1. Pengembangan usaha pembiakan dan penggemukan sapi lokal
Kegiatan ini ditargetkan untuk meningkatkan populasi ternak sapi dan
produksi daging, melalui pelaksanaan kegiatan operasional sebagai berikut :
a. Pengembangan usaha pembiakan dan penggemukan atau tunda potong
sapi lokal dan sapi persilangan (IB) melalui penguatan modal usaha
kelompok peternak, dengan cara memberikan fasilitas kredit murah
maupun pemberian modal abadi (dalam bentuk bantuan sosial) dari
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, atau pemerintah daerah kepada
kelompok peternak yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu.
b. Peningkatan usaha agribisnis sapi potong untuk usaha pembiakan dan
penggemukan sekaligus mempercepat peningkatan populasi ternak
melalui Sarjana Membangun Desa (SMD), dengan cara pemberian kredit
murah jangka panjang dan atau modal abadi (dalam bentuk bantuan
sosial) dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, atau pemerintah
daerah kepada kelompok peternak yang dimotori oleh peternak
berpendidikan minimal sarjana/D3 Peternakan/Keswan yang dipilih
berdasarkan kriteria tertentu.
2. Pengembangan pupuk organik dan biogas
Dalam rangka meningkatkan pengembangan usaha pembiakan dan
penggemukan sapi lokal dan/atau sapi persilangan (IB) melalui pola Kereman,
kegiatan ini ditargetkan untuk menghasilkan pupuk organik dan biogas melalui
kegiatan operasional sebagai berikut :
a. Pengembangan pupuk organik dan jaringan pemasaran, dengan cara:
1) Pemberian bantuan dana untuk membangun rumah kompos
(bangunan penyimpan kotoran ternak untuk diproses lebih lanjut)
beserta semua perangkatnya di kelompok beserta untuk pengadaan
ternak.
22
2) Pemberian pelatihan manajemen dan organisasi bagi kelompok
peternak pengelola rumah kompos, beserta pelatihan usaha
agribisnis sapi potong berbasis sumberdaya lokal.
3) Fasilitasi promosi dan pengembangan jaringan pemasaran kompos
dan tata-niaga ternak.
b. Pembangunan instalasi biogas untuk penyediaan energi alternatif di
pedesaan, dengan cara:
1) Pemberian bantuan dana untuk membangun instalasi biogas beserta
seluruh perangkat penunjangnya di kelompok peternak yang
populasinya memiliki jumlah minimal tertentu dan secara fisik lokasi
kandangnya berkelompok.
2) Pemberian pelatihan dalam pemanfaatan biogas secara optimal bagi
anggota kelompok peternak.





3. Pengembangan integrasi ternak sapi dan tanaman
Kegiatan pengembangan integrasi tanaman-ternak ditargetkan untuk
memberikan nilai tambah bagi pengembangan usaha budidaya tanaman,
sekaligus dengan meningkatkan jumlah populasi ternak sapi melalui kegiatan
operasional sebagai berikut :
a. Integrasi tanaman-ternak untuk usaha budidaya sapi di lahan perkebunan,
lahan tanaman pangan, lahan hortikultura, dan lahan kehutanan, dengan
cara:
1) Koordinasi dengan perusahaan yang berperan sebagai inti, antara
lain PTP/Perusda/swasta perkebunan/kehutanan atau pertambangan
2) Pemberian kredit murah jangka panjang dan atau modal abadi dari
pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah daerah kepada
kelompok peternak yang memelihara ternaknya di lahan perkebunan,
di sekitar lahan tanaman pangan, hortikultura atau di lahan
kehutanan, untuk digunakan dalam pengadaan sapi bibit dan fasilitas
pendukungnya.
3) Pengadaan sarana prasarana untuk mewujudkan usaha peternakan
pola integrasi dan untuk mencukupi kebutuhan pakan dari limbah
pengolahan sawit (BIS) atau limbah agroindustri lainnya (tetes,
onggok, dlsb).
b. Integrasi ternak-tanaman melalui program CSR dari perusahaan
perkebunan atau agribisnis lainnya, dengan cara:
23
1) Perusahaan agribisnis (di luar bidang peternakan) menyediakan
bantuan ternak, kredit lunak, ataupun modal abadi kepada kelompok
peternak yang berusaha di lahan perusahaan tersebut untuk
menambah populasi sapi.
2) Perusahaan pertambangan atau lainnya (bukan usaha agribisnis
peternakan) menyediakan bantuan ternak, kredit lunak, ataupun
modal abadi bagi kelompok peternak di sekitar atau di luar usaha
non-agribisnis tersebut untuk mengembangkan usaha peternakan.
Usaha yang merupakan implementasi program CSR perusahaan
tersebut dikembangkan dengan menggunakan pola inti-plasma.
4. Pemberdayaan dan peningkatan kualitas RPH
Peningkatan kualitas RPH ditargetkan untuk penerapan hygiene dan
sanitasi di RPH dalam upaya penyediaan pangan asal ternak yang ASUH
(Aman Sehat Utuh dan Halal). Dengan kegiatan ini diharapkan akan terwujud
25 RPH di 20 provinsi yang memenuhi standar internasional. Kegiatan ini
diharapkan akan dapat memudahkan pencegahan pemotongan sapi betina
produktif. Adapun pelaksanaan kegiatan operasional meliputi :
a. Pembangunan RPH baru di provinsi yang memiliki potensi dalam usaha
pemotongan hewan namun belum memiliki fasilitas RPH yang memenuhi
persyaratan teknis hygiene-sanitasi dengan cara:
1) Pembangunan RPH baru yang memenuhi persyaratan teknis hygienesanitasi
dan kesejahteraan hewan, baik dari aspek lokasi, prasarana
jalan dan air bersih, bangunan, dan peralatan.
2) Penyiapan Sumberdaya Manusia RPH yang terampil dan terlatih.
3) Peningkatan kemampuan pengelola RPH dalam menerapkan
manajemen RPH sebagai sarana pelayanan masyarakat untuk
menghasilkan produk yang ASUH.
b. Renovasi RPH yang sudah ada dengan cara:
1) Fasilitasi perbaikan bangunan dan/atau peralatan RPH sehingga
mampu menerapkan praktek hygiene-sanitasi dan kesejahteraan
hewan.
2) Pembinaan pelayanan teknis kesmavet di RPH.
3) Penatalaksanaan manajemen dan operasional RPH yang mengacu
kepada prinsip sistem jaminan keamanan dan kehalalan pangan.




B. Peningkatan Produktivitas dan Reproduktivitas Ternak Sapi Lokal
5. Optimalisai IB dan InKA
Kegiatan ini ditargetkan untuk meningkatkan jumlah kelahiran melalui
teknik IB dan InKA, dengan melaksanakan kegiatan operasional sebagai
berikut:
a. Penambahan jumlah akseptor IB, dengan cara:
1) Redistribusi sapi betina produktif hasil penjaringan maupun
pemanfaatan sapi ex-impor yang layak dibiakkan.
2) Pendataan peternak yang ternaknya dapat dijadikan akseptor dalam
perkawinan melalui teknik IB.
3) Penambahan jumlah straw semen beku 80% melebihi jumlah
akseptor, melalui program pemerintah maupun KSO (swadaya).
4) Pengembangan sarana prasarana pendistribusian straw semen
beku, termasuk fasilitas untuk inseminator.
5) Pembangunan Unit Layanan Inseminasi Buatan (ULIB) di sekitar
lokasi beberapa kelompok peternak yang memiliki jumlah minimal
tertentu dan peternaknya siap untuk mengikuti program IB.
6) Pembangunan Unit Wilayah Inseminasi Buatan (UWIB) sebagai unit
yang mengkoordinir ULIB di wilayah masing-masing.
7) Pelatihan bagi inseminator, pemeriksaan kebuntingan (PKB), dan
asisten teknis reproduksi (ATR).
8) Penambahan dan replacement bibit jantan sebagai donor semen di
Balai/Balai-Besar IB.
9) Penambahan jumlah tenaga inseminator mandiri melalui pelatihan
bagi pemuda desa dan pemberian bantuan peralatan IB.
10) Pemberdayaan Pos IB dan keswan.
b. Penambahan jumlah akseptor InKA dan pejantan pemacek dengan cara:
1) Pengadaan dan distribusi pejantan pemacek di kelompok peternak
yang belum memanfaatkan teknik IB dan belum memiliki pejantan
berkualitas.
2) Pendataan kelompok peternak yang sapi betina produktifnya tidak
dikawinkan melalui teknik IB.
3) Penguatan manajemen dan organisasi kelompok peternak dalam
mengelola sapi.



SEDIA SAPI QURBAN TIMBANG HIDUP
+ Pembeli lebih UNTUNG & ADIL
+ Transaksi lebih RIIL & PRESISI
+ Hewan Lebih SEHAT & FRESH karena dikirim langsung dari Peternakan.

Trend Sapi Qurban 2014

Trend Sapi Qurban 2014
Sapi Qurban Jenis Simmetal 650KG

Trend Sapi Qurban 2014

Trend Sapi Qurban 2014
sapi qurban jenis simmetal berat 380kg

SAPI QURBAN SEHAT DAN SYAR'I


JENIS SAPI: PO, LIMOSIN, SIMETAL, JAWA, BALI, PEGON.


kontak :

0815-9080-785 (CALL/SMS/WA)

0812-8435-6162 (SMS/CALL)

0856-9233-4143 (CALL/SMS/WA)
BBM : 75fae2a6

email : cipelangfarm@gmail.com

Lokasi Kandang :

Jl. Balai Embrio Ternak (BET) Kp.Pasir Bogor Desa Cipelang Kec.Sijeruk Bogor


KLIK : PETA RUTE



STOCK SAPI QURBAN 2015

Silahkan KLIK !!!

SAPI STANDAR HARGA 14 Jt/ekor

SAPI SEDANG 300-400KG

SAPI SUPER 400-800KG

SAPI PREMIUM 800-1500KG